Zaman sekarang sudah tidak ada lagi tempat aman bagi perempuan, di rumah bersama keluarga saja bisa menjadi korban, apalagi di luar bersama orang asing!

Pontianak – Kasus kekerasan seksual terutama terhadap perempuan di Indonesia dinilai semakin memprihatinkan, siapa saja bisa menjadi korban, siapapun dapat menjadi pelaku, tidak peduli laki-laki atau perempuan, rekan kerja, teman dekat, orang asing, bahkan keluarga sendiri. Oleh karena itu pentingnya kesadaran dan kewaspadaan akan kekerasan seksual, minimal dimulai dari diri kita sendiri, untuk itu sebagai salah satu ajang dalam meningkatkan awareness terhadapnya, tidak henti-hentinya Kementerian Pemberdayaan Perempuan BEM KBM FISIP UNTAN berusaha untuk menyuarakan perlawanan serta pendampingan terhadap kekerasan seksual terutama yang terjadi di sekitar lingkungan kampus.

Jika biasanya dilakukan dengan orasi atau kampanye yang bersifat satu arah saja, kali ini kegiatan ini hadir dengan bentuk diskusi dua arah, lebih tepatnya FGD atau Focus Group Discussion. Walau hanya berbentuk diskusi saja seperti biasanya, terdapat antusiasme yang besar dalam bentuk kehadiran peserta dengan jumlah yang banyak meski cuaca pada saat itu sedang diguyur hujan deras. Dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 3 Maret 2023, bertempat di aula Magister FISIPOL Universitas Tanjungpura yang dimulai pada pukul 13.00 WIB terpantau padat dan penuh sampai barisan belakang. Antusisme peserta yang mayoritas dari kalangan perempuan tersebut mungkin dapat dijelaskan dengan kehadiran tiga wanita hebat yang berpengalaman pada bidangnya masing-masing, seorang pengajar di institusi pendidikan tinggi, seorang pegiat organisasi kewanitaan dan seorang pejabar wanita yang berpengaruh di daerahnya.

Ketiga pembicara tersebut adalah Dr. Syrf. Emma Rahmaniah, M. Ed, dosen FISIP UNTAN, kemudian Rahmaniah, S.H, seorang pegiat organisasi GEMAWAN dan Hj. Bebby Nailufa, S.E., M.Sos, seorang anggota DPRD Kota Pontianak. Jalannya diskusi ini dipimpin oleh moderator Nia Nurdiani, Menteri Pemberdayaan Perempuan BEM KBM FISIP UNTAN.

Diawali dengan kata sambutan dari Ketua BEM KBM FISIP UNTAN Sahril Novian Pratama, “Melawan kekerasan seksual bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan juga peran kita mahasiswa selaku bagian dari masyarakat,” Jelasnya. Kegiatan FGD tersebut resmi dibuka oleh Wakil Dekan III Kemahasiswaan FISIP UNTAN yang kali ini diwakili oleh Dr. Syrf. Emma Rahmaniah, M. Ed, yang sekaligus menjadi pembicara dalam kegiatan ini, “Kekerasan seksual dapat dilawan salah satunya adalah dengan berani berbicara, banyak yang meremehkan kekuatan dari berani bicara ini, padahal efektivitasnya besar,” Terangnya mengenai pentingnya berani bicara bagi siapa saja di lingkungan kampus, bukan hanya mahasiswa saja yang dapat menjadi korban.

FGD dimulai dengan pemaran materi dari ketiga pembicara, Dr. Syrf. Emma Rahmaniah, M. Ed memberikan presentasi yang berjudul “Ayo bersuara! Luka mereka, duka kita” yang berisi tentang segudang kasus dan latar belakang kekerasan terhadap perempuan di berbagai tempat di dunia serta bagaimana cara menanggulanginya.

Kemudian dilanjutkan pembicara kedua, Rahmaniah, S.H yang memberikan presentasinya yang berjudul “Pencegahan  dan penanganan kekerasan seksual di lingkugan perguruan tinggi” yang secara garis besar membahas mengenai penanganan dan perlindungan kasus kekerasan seksual dari cara pandang hukum.

Berbeda dari yang lain, pembicara ketiga, Hj. Bebby Nailufa, S.E., M.Sos, memilih untuk tidak menggunakan presentasi dari power point, ia memilih untuk berbicara sesuai dengan topik yang sudah dipaparkan kedua pembicara sebelumnya, namun dari sisi dan pengalaman seorang wanita yang menjabat sebagai anggota DPRD Kota Pontianak, ia membicarakan mengenai implementasi kebijakan pemerintah dalam penangan kekerasan seksual yang terjadi di kota Pontianak.

Sesuai dengan namanya yaitu Focus Group Discussion, kegiatan dilanjutkan dengan tiga sesi diskusi dan tanya jawab yang setiap sesinya diberikan tiga kesempatan untuk memberikan pertanyaan atau memberikan pendapat pribadi masing-masing. Hasilnya terdapat sembilan orang yang berani angkat membuka suaranya untuk bertanya dan menyuarakan pendapatnya.

Salah satunya adalah Astira, mahasiswi sosialogi semester empat FISIP UNTAN, “Bagaimana menyikapi pelecehan seksual ringan yang berasal dari stiker-stiker pornografi yang sering dikirim atau muncul lewat media sosial?” Ujarnya ketika mendiskusikan sekaligus bertanya kepada para peserta dan pembicara.

Kemudian disusul Husnul Khatimah, seorang mahasiswi asal Ketapang menyatakan keprihatinannya “Mengapa masyarakat dapat memiliki pola pikir yang meremehkan kekerasan seksual terutama pada perempuan” Ungkapnya ketika ia mengungkapkan pendapatnya.

Keseruan dari diskusi tersebut berakhir pada pukul empat sore, dengan semua peserta yang berani berbicara mendapatkan hadiah doorprize berupa bingkisan dan voucher yang berasal dari sposnsor kegiatan ini, yaitu wardah.

Seperti biasa pada akhir setiap kegiatan, dilanjutkan dengan pemberian sertifikat penghargaan dan cinderamata yang juga beradal dari Wardah, yang dilanjutkan dengan sesi foto bersama antara ketiga pembicara dan peserta.

Kegiatan Focus Group Discussion yang bertemakan “Stop Sexual Harassments! Kenali, Cegah dan Laporkan” pada akhirnya bisa dikatakan sebagai kegiatan yang sukses, selain dapat berjalan lancar meski harus diguyur hujan, tetapi menyurutkan semangat ketiga pembicara untuk datang pada kegiatan ini, selain itu antusiasme peserta yang berdasarkan absen mencapai lebih dari seratus orang juga membuat kesuksesan kegiatan ini, belum lagi keseruan diskusi dan pertanyaan serta pendapat yang diutarakan membuat tujuan utama diadakannya kegiatan ini berhasil tercapai.

BEM KBM FISIP UNTAN

NYALA BERANI